Laman

Senin, 28 September 2015

Pada sekitar abad ke-7 hingga ke-11, terjadi beberapa seri perang yang melibatkan Muslim Arab dengan kerajaan Romawi Timur atau yang disebut juga dengan kerajaan Byzantine. Peperangan besar ini terjadi ketika ekspedisi Muslim yang ada di bawah pimpinan Rashidun dan kekhalifahan Umayyad baru saja dimulai pada awal abad ke-7, dan dilanjutkan oleh penerusnya hingga pertengahan abad ke-11. Salah satu perang ini merupakan perang besar yang dikenal dengan nama perang Mu’tah. Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi sendiri dimulai pada tahun 8 Hijriah (sekitar tahun 629 Masehi) di sebuah desa di Mu’tah, bagian timur dari sungai Jordan dan Karak.
Sejarah Perang Mu’tah – 3.000 Pasukan Muslim Melawan 200.000 Pasukan Romawi
Linimasa Perang Mu’tah
Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi tidak akan dimulai tanpa sebelumnya ada sesuatu yang lebih besar, yaitu perselisihan antara pihak Byzantine dengan Muslim. Hal ini disebabkan oleh ledakan penduduk Arab dari Arab Peninsula pada tahun 630-an yang menyebabkan hilangnya sebagian besar area jajahan Byzantine di bagian selatan yaitu Syria dan Mesir yang berhasil direbut umat Muslim. Dalam rentang waktu 50 tahun, pasukan Muslim yang ada di bawah kekhalifan Umayyad yang agresif tak henti meluncurkan serangan berulang ke area Asia Minor yang saat itu menjadi daerah kekuasaan kerajaan Byzantine. Selain serangan, dua kali ancaman untuk penundukkan Konstantinopel juga dilayangkan.
Latar belakang perang Mu’tah sendiri terjadi ketika perjanjian Hudaybiyyah mengatur gencatan senjata antara kaum Quraish dan tentara yang mengatur kekuatan di Mekah. Badhan, pemerintah Sassani dari Yemen sudah mulai masuk Islam, begitu juga kaum-kaum yang ada di Arab Selatan, meningkatkan kekuatan militer di Madinah. Karena hal ini, Muhammad menjadi sedikit lebih bebas dan bisa fokus terhadap suku Arab yang ada di utara, yaitu Bilad al-Sham. Salah satu sejarawan Islam menyatakan bahwa pergerakan militer ke utara adalah karena perlakuan yang buruk pihak utara kepada utusan yang dikirim Muhammad, dimana utusan tersebut dibunuh. Yang menyebabkan kerajaan Byzantine ikut campur adalah karena kaum Bani Sulaym dan Dhat al Taih merupakan kaum yang ada dalam perlindungan Byzantine.
Sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi dimulai ketika pada awal tahun 8 Hijriah (sekitar tahun 629 Masehi), Muhammad menggerakkan pasukannya menuju area Jumada al-Awwal untuk ekspedisi singkat dengan tujuan menyerang dan menghukum kaum yang membunuh utusannya. Pemimpin pasukan ini ialah Zayd ibnu Haritha, dengan Jafar ibnu Abi Talib dan Abdullah ibnu Rawahah tepat di bawahnya. Pemimpin Ghassanid dipercaya telah mengetahui tentang serangan yang direncanakan oleh Muhammad ini, sehingga ia mulai menyiapkan pasukannya dan meminta bantuan dari Byzantine. Ada dua versi tentang siapa yang memimpin pasukan besar dari Romawi ini, dimana salah satu versi mengatakan bahwa pemimpinnya adalah Heraclius langsung, dan versi lain adalah adik dari Heraclius, yaitu Theodorus.
Ketika pasukan Muslim tiba di area timur Jordan dan mengetahui ukuran tentara yang dibawa oleh pasukan Byzantine, mereka menjadi takut. Mayoritas dari mereka ingin menunggu sebentar dan menunggu bantuan dari Madinah datang, tapi kemudian Abdullah ibnu Rawahah mengingatkan mereka tentang keinginan jihad, dan mempertanyakan apakah baik jika mereka menunggu sedangkan apa yang mereka inginkan ada di depan mereka. Mendengar pernyataan dari Abdullah tersebut, hati para pasukan tergerak, dan segala keraguan yang menghantui mereka beberapa saat lalu mendadak hilang sehingga mereka berani untuk terus maju ke medan perang melawan pasukan yang jumlahnya hampir 67 kali jumlah mereka sendiri.
Pertikaian pertama antara pihak Muslim dan Byzantine yang membuka sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi – terjadi di kamp mereka sendiri, di desa Musharif dimana mereka kemudian mundur ke Mu’tah. Baru di Mu’tah lah perang besar terjadi. Beberapa sumber Muslim mengatakan bahwa perang yang terjadi ini mengambil tempat di antara dua lembah dengan tinggi yang berbeda, dimana hal itu menetralkan superioritas jumlah yang dimiliki tentara Byzantine. Dalam perang ini, ketiga pemimpin pasukan Muslim tumbang satu persatu dimulai dari Zayd ibnu Haritha yang disusul oleh Jafar ibn Abi Talib dan Abdullah ibnu Rawahah setelahnya. Al-Bukhari melaporkan bahwa di bagian depan tubuh Jafar terdapat 50 luka tusuk. Melihat semangat tentara Muslim yang mulai menciut, Thabit ibnu Al-Arqam mengambil alih komando dan menyelamatkan pasukannya dari kehancuran total. Setelah perang selesai, para pasukan meminta Thabit menjadi pemimpin mereka yang ia tolak, dimana ia kemudian meminta Khalid ibnu al-Walid untuk memimpin.
Ketika perang, Khalid dilaporkan menggunakan 9 pedang yang seluruhnya rusak karena peperangan lanjutan yang terjadi sangatlah intens. Pada akhirnya, Khalid melihat bahwa situasi mereka sangat terdesak dan mulai bersiap untuk mundur. Ia terus mengonfrontasi Byzantine dalam pertikaian kecil, tapi menghindari pertikaian besar. Suatu malam, Khalid mengganti posisi pasukannya dan membawa rearguard yang telah dipasangkan bendera baru. Hal ini untuk membuat impresi bahwa ada pasukan tambahan yang dikirim dari Madinah. Khalid juga memerintahkan kepada para kavaleri untuk mundur ke belakang bukit pada malam hari agar gerakan mereka tidak diketahui oleh pihak Byzantine, dan kembali pada siang hari sambil menaikkan jumlah debu yang bisa mereka kumpulkan sebanyak mungkin. Hal ini menjadi bagian penutup sejarah perang Mu’tah – 3.000 pasukan Muslim melawan 200.000 pasukan Romawi – dimana pihak Byzantine percaya akan adanya pasukan yang menolong dari Madinah, dan memutuskan untuk mundur.
Juan Mata Peringatkan Manchester United Soal Puncak Klasemen

Juan Mata Peringatkan Manchester United Soal Puncak klasemen

Juan Mata menyambut antusias keberhasilan Manchester United kembali ke puncak klasemen untuk kali pertama setelah 110 minggu melewatkannya.
Kemenangan 3-0 atas Sunderland, dan kekalahan Manchester City di kandang Tottenham Hotspur menjadi penentu sukses United menguasai kembali klasemen.
"Sejak hari pertama, saya selalu berharap bisa melihat tim ini di posisi sekarang ini, posisi di mana klub selalu identik di masa lalu," kata Juan Mata, Senin (28/9).
"Posisi saat ini merupakan konsekuensi dari kerja keras, tapi saat ini masih September, posisi ini tak akan ada artinya apabila kami tidak terus bekerja keras, dan kami tahu itu."
"Kami memiliki ambisi, tapi kami menyadari jalannya masih sangat panjang dan berat untuk dilalui," tandasnya.

Rabu, 16 September 2015

Louis van Gaal mengungkapkan penderitaan Luke Shaw setelah mengalami patah kaki di pertandingan melawan PSV Eindhoven, Selasa (15/9) malam waktu setempat. 
Penggawa Manchester United harus ditandu keluar pada babak pertama usai mendapat tekel keras dari Hector Moreno dan dijadwalkan menjalani operasi setelah tiba di Inggris. 
Van Gaal mengaku sedih melihat kondisi pemain yang berposisi sebagai full-back, terutama mengingat ia tampil ciamik bersama The Red Devils di awal musim ini. 
“Ia mengalami patah di dua bagian kaki. Ia ada di rumah sakit dan akan diterbangkan besok dengan kami atau mungkin lusa,” ujar Van Gaal kepada reporter. “Ia akan dioperasi di Manchester mungkin. Ini menyedihkan. 
“Remaja yang datang di usia 18 di Manchester dan mengalami kesulitan, lalu di musim kedua ia fantastis dan kemudian hal ini terjadi. 
“Ia ada di ruang ganti dengan masker oksigen…ia menangis.” 
Van Gaal enggan mencari kambing hitam atas cedera yang menimpa pemainnya, meski ia merasa Moreno pantas diganjar kartu merah. 
“Anda bisa menghakimi untuk diri sendiri. Ketika saya mengatakan itu penalti dan kartu merah, maka saya pecundang. 
“Semua diambil dengan cara yang salah. Itu berada di area 16 meter, itu tekel buruk dengan dua kaki.”